CERPEN: Karna Aku Tak Mengingatmu



Pertama, aku tidak bisa mengingat.
Lalu, daya ingatku bertahan hanya dalam 1 hari.
Terakhir, aku sulit menghafal wajah dan nama seseorang.

          Kelemahan? bukan, aku hanya tidak seberuntung orang lain.
          Mungkin ini terdengar aneh. Benar, aku memang tidak bisa mengingat. Lihat saja kamarku, hampir setiap dinding berisi catatan pentingku, seperti riwayat hidup, biodata keluarga, aktivitas, sekolah, orang terdekat, dan banyak lagi. Bukan hanya dinding, bahkan buku harianku hampir memenuhi satu ruangan. Bayangkan saja, aku menulis segala aktivitasku ke dalam buku sebelum tidur. Dan sudah 10 tahun ini aku melakukannya. Ya, Aku mengalami penyakit ini ketika berumur 7 tahun. Ah sudahlah, ceritanya panjang. Aku malas menceritakannya.
          Kau tahu? semenjak itu aku harus selalu membawa kamera dan buku tebal yang berisi foto, nama-nama, sifat, dan aktivitas orang-orang yang aku kenal. yaa, karena aku tidak ingin mengenal orang hanya dalam satu hari, dan mengharuskanku memulai dari awal lagi.
          Oke, jangan kau pikir aku hanya wanita menyedihkan yang tidak mempunyai kelebihan apapun. Aku percaya bahwa Tuhan itu adil. Buktinya, aku diberi suatu kepandaian dalam memahami dan kecepatan dalam membaca. Karena itu, aku dapat menghafal hanya dengan membacanya satu kali. Seperti yang kulakukan setiap pagi, membaca seluruh catatan dan buku-buku tebalku.
          “Hei! hujan deras begini, kau tak berteduh?”, Aku terkejut dan segera terbangun dari lamunanku. Aku melihat jam dan seragamku yang basah kuyup. Bodohnya aku, sepertinya sudah 15 menit aku  berdiri di tengah hujan. Tunggu, tadi siapa yang berteriak?
          “Hei! kau gila ya?” Teriakan itu terdengar lagi. Belum sempat aku menjawab, tangan kanannya menggenggam tanganku. Berlari membawaku ke tempat yang teduh. Aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Yang ku tahu, dia memakai seragam yang sama denganku.
          “Aku tidak gila,” Lagi-lagi aku melakukan hal bodoh. Jelas sekali bahwa aku ini gila. Berdiri di tengah hujan deras dan tidak bergerak sama sekali selama 15 menit? siapa lagi kalau bukan aku. Ahh, betapa malunya diriku. Apa? dia tertawa. Rasanya wajahku ingin ku buang jauh-jauh. “Kau menertawakanku?”
          “Aku tidak menertawakanmu,” Dia melihatku. Saat ini wajahnya terlihat jelas. Dia keren. “Kau tahu? mungkin hujan sengaja mempertemukan kita,” katanya masih sambil tertawa. “Lihat saja, hujan sudah berhenti”
          Aku melihat ke langit. Aneh, hujan sudah berhenti. “Apakah ini lelucon?” kataku heran.
          “Bukan. Mungkin ini takdir,” Dia berkata, dan memberikan jaketnya kepadaku. Dia melihat jam. Mungkin dia akan pergi. Tidak, aku tidak ingin pertemuanku dengannya sesingkat ini. Kameraku? Buku tebalku? Oh tidak, aku meninggalkannya di laci meja. “Namaku Satria, senang bertemu denganmu. Aku harap kita bisa bertemu lagi lain waktu” Dia tersenyum dan pergi. Aku juga berharap begitu.
          Oke dalam 15 menit mungkin aku akan lupa wajahnya dan kejadian ini. Tidak! aku tidak boleh menyerah. aku harus berlari ke sekolah dalam waktu kurang dari 15 menit.
          Dimana buku tebalku? ini dia! Sial, 1 menit lagi.

          Selama 15 menit aku berdiri di tengah hujan. Dan tiba-tiba dia menggenggam tanganku dan membawaku ke tempat yang teduh. Dia berseragam yang sama denganku. Memberikan jaket. Berkata seenaknya dan membuatku merasa bodoh. Lalu dia tertawa dan menganggap pertemuan ini sebagai takdir. Da juga berkata bahwa hujanlah yang mempertemukan kita. Dia bernama……

          Aku terpaku dan berhenti menulis. Aku lupa. Kenapa aku menulis ini? Hei ini jaket siapa? Oiya aku ingat. Aku bertemu seseorang. Siapa? Ia bernama siapa? Wajahnya seperti apa? Ah sudahlah, aku bisa gila jika aku  memaksakan memikirkan hal ini. Apa aku telah jatuh cinta?
*********

 Bersambung......

Karya: Dewi Nur Alifah (13 April 2014)

Pages

Hargailah Waktu Anda

Statistik

Search

Facebook

Profil

Foto saya
Saya penulis amatir yang tidak bisa menyusun kata kata , hehe :P

Followers

Postingan Populer