Minggu, 13 April 2014 |
0
komentar
Pertama, aku tidak bisa mengingat.
Lalu, daya ingatku bertahan hanya dalam 1 hari.
Terakhir, aku sulit menghafal wajah dan nama
seseorang.
Kelemahan? bukan, aku hanya tidak
seberuntung orang lain.
Mungkin ini terdengar aneh. Benar, aku
memang tidak bisa mengingat. Lihat saja kamarku, hampir setiap dinding berisi
catatan pentingku, seperti riwayat hidup, biodata keluarga, aktivitas, sekolah,
orang terdekat, dan banyak lagi. Bukan hanya dinding, bahkan buku harianku
hampir memenuhi satu ruangan. Bayangkan saja, aku menulis segala aktivitasku ke
dalam buku sebelum tidur. Dan sudah 10 tahun ini aku melakukannya. Ya, Aku
mengalami penyakit ini ketika berumur 7 tahun. Ah sudahlah, ceritanya panjang. Aku
malas menceritakannya.
Kau tahu? semenjak itu aku harus
selalu membawa kamera dan buku tebal yang berisi foto, nama-nama, sifat, dan
aktivitas orang-orang yang aku kenal. yaa, karena aku tidak ingin mengenal orang
hanya dalam satu hari, dan mengharuskanku memulai dari awal lagi.
Oke, jangan kau pikir aku hanya wanita
menyedihkan yang tidak mempunyai kelebihan apapun. Aku percaya bahwa Tuhan itu
adil. Buktinya, aku diberi suatu kepandaian dalam memahami dan kecepatan dalam
membaca. Karena itu, aku dapat menghafal hanya dengan membacanya satu kali.
Seperti yang kulakukan setiap pagi, membaca seluruh catatan dan buku-buku tebalku.
“Hei! hujan deras begini, kau tak
berteduh?”, Aku terkejut dan segera terbangun dari lamunanku. Aku melihat jam
dan seragamku yang basah kuyup. Bodohnya aku, sepertinya sudah 15 menit aku berdiri di tengah hujan. Tunggu, tadi siapa
yang berteriak?
“Hei! kau gila ya?” Teriakan itu
terdengar lagi. Belum sempat aku menjawab, tangan kanannya menggenggam tanganku.
Berlari membawaku ke tempat yang teduh. Aku tidak bisa melihat wajahnya dengan
jelas. Yang ku tahu, dia memakai seragam yang sama denganku.
“Aku tidak gila,” Lagi-lagi aku
melakukan hal bodoh. Jelas sekali bahwa aku ini gila. Berdiri di tengah hujan
deras dan tidak bergerak sama sekali selama 15 menit? siapa lagi kalau bukan
aku. Ahh, betapa malunya diriku. Apa? dia tertawa. Rasanya wajahku ingin ku
buang jauh-jauh. “Kau menertawakanku?”
“Aku tidak menertawakanmu,” Dia
melihatku. Saat ini wajahnya terlihat jelas. Dia keren. “Kau tahu? mungkin
hujan sengaja mempertemukan kita,” katanya masih sambil tertawa. “Lihat saja,
hujan sudah berhenti”
Aku melihat ke langit. Aneh, hujan
sudah berhenti. “Apakah ini lelucon?” kataku heran.
“Bukan. Mungkin ini takdir,” Dia berkata,
dan memberikan jaketnya kepadaku. Dia melihat jam. Mungkin dia akan pergi. Tidak,
aku tidak ingin pertemuanku dengannya sesingkat ini. Kameraku? Buku tebalku? Oh
tidak, aku meninggalkannya di laci meja. “Namaku Satria, senang bertemu
denganmu. Aku harap kita bisa bertemu lagi lain waktu” Dia tersenyum dan pergi.
Aku juga berharap begitu.
Oke dalam 15 menit mungkin aku akan
lupa wajahnya dan kejadian ini. Tidak! aku tidak boleh menyerah. aku harus
berlari ke sekolah dalam waktu kurang dari 15 menit.
Dimana buku tebalku? ini dia! Sial, 1
menit lagi.
Selama 15 menit aku berdiri di tengah
hujan. Dan tiba-tiba dia menggenggam tanganku dan membawaku ke tempat yang
teduh. Dia berseragam yang sama denganku. Memberikan jaket. Berkata seenaknya
dan membuatku merasa bodoh. Lalu dia tertawa dan menganggap pertemuan ini sebagai
takdir. Da juga berkata bahwa hujanlah yang mempertemukan kita. Dia bernama……
Aku terpaku
dan berhenti menulis. Aku lupa. Kenapa aku menulis ini? Hei ini jaket siapa? Oiya
aku ingat. Aku bertemu seseorang. Siapa? Ia bernama siapa? Wajahnya seperti
apa? Ah sudahlah, aku bisa gila jika aku memaksakan memikirkan hal ini. Apa aku telah
jatuh cinta?
*********
Bersambung......
Karya: Dewi Nur Alifah (13 April 2014)
0 komentar:
Posting Komentar