Jumat, 30 Maret 2012 |
0
komentar
Aku termenung. Bertanya kepada bulan sesungguhnya siapakah diriku yang sebenarnya?. Ya, aku tahu bulan tidak bisa menjawab namun hanya bulanlah satu satunya yang berada di taman ini bersamaku, menerangiku, dan menemaniku.
“Hai” Seseorang menepuk pundakku.
“Kakak” kataku terkejut. “Kakak belum tidur?”. Kakakku tersenyum, dan kemudian duduk disebelahku. Dia kakakku, Andreas Stefanio . Aku dan kakakku hanya selisih 2 tahun, saat ini dia kelas 3 SMA sedangkan aku kelas 1 SMA.
“Apa yang kau lihat? Bulan?” Kata kakakku sambil mengangkat alis kanannya.
“Ya” Kataku singkat. Kemudian kakakku memandangi bulan seperti yang aku lakukan. “Kak? Apakah saat ini adalah diri kakak yang sebenarnya” .
“ Tentu” Katanya masih tetap memandang bulan.
“Bagaimana kakak bisa mengetahuinya?” kataku. “Tolong beritahu aku bagaimana cara mengetahui diri kita yang sebenarnya?”.
“Apakah saat ini kamu berbohong, terpaksa, dan tidak ingin melakukannya?” Katanya.
Bukannya menjawab pertanyaanku, kakakku membalasnya dengan pertanyaan yang aneh dan melenceng dari pembicaraan. “Tidak” Aku menjawab meskipun aku tidak tahu maksud kakakku.
“Inilah dirimu yang sebenarnya. Ketika dirimu tidak membohongi dirimu sendiri, ketika dirimu menjadi apa adanya, ketika dirimu ingin melakukannya tanpa terpaksa. Itulah dirimu yang sebenarnya”. “Karena hatimulah yang tahu, siapa dirimu yang sebenarnya” .
Karya: Dewi Nur Alifah. Jumat, 30 maret 2012 pukul 22.22 pm
0 komentar:
Posting Komentar